Overblog
Edit post Follow this blog Administration + Create my blog

Jika diperas, inti Al-Quran ada di Alfatihah. Jika diperas lagi, inti Alfatihah ada di ayat pertama. Jika diperas lagi, intinya ada di kata Rahman-Rahim

21 Apr

MENDIDIK DENGAN CINTA

Published by Gerakan Islam Cinta

Gambar : bersamdakwah.net

Gambar : bersamdakwah.net

Setiap orang tua adalah anak, namun tidak setiap anak pada akhirnya menjadi orang tua.

“Dan tatkala gelombang menjadi penghalang diantara ayah dan anak, maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan”. Astagfirullahal adziim demi Allah yang setiap tangan berpegang pada gengamanNya. Membaca penggalan al-Qur’an surat Hud ayat 43 itu sungguh menghenyakkan dada, tak terbayangkan lagi bagaiman perasaan Nuh A.S ketika anaknya yang lebih memilih puncak gunung daripada bahtera untuk berlindung dari banjir bandang. Bukan keselamatan yang kan anak peroleh melainkan naas.

Sejak membaca ayat itu rasanya semakin tak rela anak-anak kita terlepas dari cengkraman kita sebagai orang tua mereka. Tidak ingin kita ada gelombang yang menjadi penghalang antara orang tua dan anak, tapi apa daya mereka tumbuh dewasa dan kelak akan menentukan jalan hidup sendiri. Satu catatan kecil yang bermakna sangat besar bisa kita kutip dari ayat sebelumnya dari surat yang sama yaitu tidak ada yang melindungi dari azab selain Allah yang maha penyayang.

Sebagai orang tua kita masih punya waktu dan kita yakin tidak akan pernah kehabisan waktu untuk menanamkan pesan Nuh A.S betapa Allah maha penyayang dan akan menyelamatkan kita sekeluarga. Banjir bandang dalam wujudnya yang apa pun bisa sewaktu-waktu menghantam kehidupan, namun tidak ada yang perlu kita khawatirkan jika keluarga kita kompak dan saling mengingatkan untuk berpegang pada Allah yang rahman, rahim.

Orang tua selayaknya berpikir dan merasakan alangkah indah anugerah terbesar ya Allah yang hadir di tengah-tengah keluarga, yaitu anak-anak mereka. Sesungguhnya anaklah yang telah melahirkan orang tua, anak yang melahirkan ibu dari diri seorang perempuan, anak melahirkan ayah dari seorang laki-laki. Tidak ada anak maka tidak ada orang tua, dan bukan sebaliknya.

Kehadiran Adam A.S dan Hawa serta Isa A.S adalah kenyataan yang tak terbantahkan. Isa lahir tanpa ayah, Adam dan Hawa bahkan tanpa ayah dan ibu, dan Allah lah yang menghendaki demikian. Adalah istri Imran yang bernadzar kepada Allah, bahwa anak dalam kandungannya akan menjadi hamba yang shaleh dan berkhitmad di bait al-Makdis. Sebagaiman tersurat dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 35 “lalu dari rahimnya lahirlah Maryan, yang kemudian atas kehendaknya melahirkan Isa. Padahal Maryam tidak disentuh oleh laki-laki”.

Jelaslah sudah bahwa jika dan hanya jika ada anak maka ada orang tua, tidak ada anak tidak ada orang tua. Tidak ada orang tua bisa saja ada anak sebagaimana kehadiran Adam, Hawa, dan Isa. Kita juga mengenal anak yatim piatu, yaitu anak tanpa orang tua. Dan tidak ada sebutan untuk keadaan orang tua tanpa anak. Kita juga mengenal anak yang shaleh dalam jejaring kebaikan yang tiada putus, amal jariyah, bukan orang tua shaleh. Jejaring kebaikan itu anak yang shaleh, ilmu yang bermanfaan dan amal jariyah. Tidak pernah disebutkan orang tua shaleh.

Kehadiran anak adalah kehadiran buah cinta sepasang suami istri. Buah yang di dalamnya bersemayam benih dari tanaman kasih sayang, yang kelak tumbuh mengakar, menguat, menaungi dan bermanfaat. Karya sang maha pencipta yang bernama manusia ini adalah sentuhannya yan paling mulia diantara segala makhluk.

Allah memuliakannya dengan akal, budi, dan hati nurani dengan cinta dan perhatian. Allah mencipta, meniupkan ruh, menghidupkan, melindungi, mengurus, mejaga, dan menjamin hidup, mati, jodoh dan rezeki setiap manusia. Tidak ada sedikit pun kekhawatiran di benak kita dan anak-anak kita seharusnya tentang masa depan mereka, selain bahwa kita merasa harus terus berjuang mengimbangi kasih sayang anak-anak kita itu kepada kita anak-anak mereka.

Dalam defini kita itulah sesungguhnya peran ibu dan ayah berjuang, mengimbangi kasih sayang anak-anak pada orang tua. Shaleh atau durhaka seorang anak tidak bisa dilepaskan dari pendidik dan pengajarnya yang terdekat yaitu ibu dan ayah. Putus kewajiban seorang anak terhadap orang tuanya ketika ia telah menikah dan hidup berumah tangga. Putus kewajibannya dan tinggal haknya, salah satunya adalah hak waris. Putus hak orang tua terhadap anak ketika anak kita telah mejadi suami atau istri orang dan hidup berumah tangga. Putus haknya dan tinggal kewajibannya yang paling utama diantara banyak yang utama itu adalah kewajiban untuk tetap mengajar dan mendidik anak.

Jika anak yang telah putus kewajibannya terhadap orang tua itu kemudian ternyata tetap berbakti kepada orang tua dan setia mendo’akan itulah yang disebut anak shaleh. Dan ini terjadi salah satunya karena ilmu yang bermanfaat dan amal jariyah dari ibu dan ayah anak tersebut. Maka marilah menjadi anak-anak shaleh dan menjadi orang tua yang shaleh. “Apakah bisa menjadi orang tua shaleh?”, “selalu bisa”. Karena pada hakikatnya setiap orang tua adalah anak, namun tidak setiap anak pada akhirnya menjadi orang tua. 

Comment on this post

About this blog

Jika diperas, inti Al-Quran ada di Alfatihah. Jika diperas lagi, inti Alfatihah ada di ayat pertama. Jika diperas lagi, intinya ada di kata Rahman-Rahim